Skip to main content

Investor Malaysia Kunjungi KBN Jajaki Bisnis Pengolahan Sampah di Marunda

Kunjungan investor Malaysia ke KBN Marunda. -MY-

Tim investasi pengolahan sampah dari Malaysia, AE Carbon mengunjungi KBN, (17/11/2022). Mereka diterima Direktur Operasional KBN, Aryo Witjaksono dan jajaran KBN lainnya di kantor SBU Kawasan Marunda.

Tamu dari Malaysia tersebut dipimpin oleh Victor Yeoh, Chief Executive Officer (CEO) AE Carlon, didampingi Dato M Amin, Sr Biz Advisor dan Azeez Alee, VP Biz Development.

Investor juga didampingi Dr Erman, GM Rekin Energy dan Aditya B Laksana, Direktur Expert Energy – Waste to Energy.

Pada kesempatan tersebut, Dirops KBN menjelaskan tentang tawaran untuk berinvestasi pengolahan sampah di KBN Marunda sebagaimana tertera dalam daftar penanaman modal yang ditawarkan dalam forum Jakarta Investmen Forum (JIF) awal September lalu.

Sebagai pengelola kawasan industri, KBN menurut Dirops KBN, ingin benar-benar bisa mandiri dalam pengolahan sampah. Sampah dari KBN tidak ada lagi yang dibuang ke TPA Bantargebang, karena TPST Bantargebang sebenarnya hanya untuk sampah rumah tangga. Karena keterbatasan kemampuan, selama ini sebagian sampah dari KBN terpaksa masih dibuang ke TPST.

Ke depan, sampah dari KBN tak ada lagi yang dibuang keluar. Bahkan bisa membantu Pemprov DKI, di mana ada peluang sampah diolah di tempat pengolahan sampah baru yang dibangun di Marunda.

Untuk diketahui, dari data statistik, tiap hari DKI Jakarta menghasilkan 7.800 ton sampah. Ini menurut Direktur Expert Energy – Waste to Energy, Aditya B Laksana sebuah potensi yang sebenarnya sangat menggiurkan.

Dari pengalamannya dipercaya ikut terlibat proyek pengolahan sampah di Swedia, menurut Aditya, sampah bukan lagi masalah seperti di Jakarta saat ini. Semua bisa dimanfaatkan. Bahkan limbah cairnya bisa jadi gas dan energi listrik.

Persoalannya kalau ratusan, bahkan ribuan truk sampah nantinya antri masuk ke pengolahan sampah Marunda, tentu akan mengganggu lalu lintas. Itulah yang menurut GM Rekin, Dr Erman, perlu dicarikan solusi terbaiknya.

Sebenarnya ada yang perlu diadopsi dari cara Swedia. Menurut Aditya B Laksana, di Swedia tempat pengolahan sampah beda dengan di Indonesia atau bahkan banyak negara lain. Di sana di pintu depannya kesannya sudah sangat berbeda. Dibuat tempat luas semacam kafe, sementara pengolahan di belakang nyaris tanpa bau lagi.

Setiap sampah yang masuk akan langsung dipisahkan oleh mesin berdasarkan jenisnya. Sampah organik, anorganik akan masuk jalur yang berbeda. Semua punya nilai ekonomi. Sampah plastik PET, besi dan logam lainnya sudah ditunggu pabrikan. Sampah lain bisa jadi kompos atau yang berupa cairan dijadikan gas atau energi listrik.

AE Carbon yang sudah berbisnis pengolahan sampah di Thailand menurut CEO Victor Yeoh tertarik dan ingin menjajaki lebih jauh tawaran pengolahan sampah di KBN Marunda ini. DKI Jakarta sebagai penghasil sampah begitu besar jadi potensi yang menggiurkan. (Majalah KBN/My)

Leave a Reply

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <br> <p> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id> <cite> <dl> <dt> <dd> <a hreflang href> <blockquote cite> <ul type> <ol type start> <strong> <em> <code> <li>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

Article Related